semakin anda mengeluh, semakin berat yang anda rasakan

Minggu, 28 November 2010

teman

Teman, aku merasakan hidup ini amat melelahkan. Aku lelah dengan kehidupan yang menghimpit aku dari segala penjuru, dari berbagai segi, dan dengan berbagai cara. 

Teman, apakah kau merasakan apa yang aku rasakan saat ini? Apakah kau juga lelah dengan kehidupan ini sama seperti aku? Atau kau bahagia dengan hidup yang kau jalani sekarang?

Teman, aku tahu bahwa berkeluh kesah itu akan menambah keletihan yang aku rasakan ini. Aku tahu itu. Tapi aku tak kuasa lagi, teman. Aku ingin berteriak sekencang mungkin untuk menumpahkan beban yang ada dalam otakku, punggungku, tanganku. 

Teman, kini aku merasa bak daun yang di tiup angin. Tak kuasa menentukan arahnya, tak kuasa menguasai dirinya. Aku rapuh, sekuat apapun aku punya kerapuhan jua. Setegar apapun aku pernah mengeluh. 

Teman, bagaimana mengatasinya ini? Aku tak tahu harus berbuat apa. Aku ingin berteriak, tapi rasanya mulutku enggan untuk ku buka. Aku ingin berkeluh kesah, tapi aku malu pada orang yang selalu aku semangati. 

Teman, aku tak setegar yang kau pikir, aku tak sekuat yang kau kira, aku tak sehebat yang kau duga. Ah, aku jauh dari sangkaan-sangkaan kalian yang baik. 

Teman, bolehkah aku minta waktu mu barang sedetik untuk ku sandarkan kepalaku pada pundakmu yang lebih kuat dari pundakku? Aku letih saat ini.

Teman, jangan kau tanyakan kenapa aku ini. Kenapa aku yang tak seperti biasanya. Aku pun tak tahu. Mungkin karena saat ini aku mencapai titik jenuhku. Ya, adakalanya aku pun merasakan kejenuhan dalam hidup ini.

Teman, siapa yang akan menyemangati ku? Siapa yang akan mendengarkan celotehanku? Siapa yang akan mengembalikan semangat yang selalu membara dalam jiwaku? Kaukah itu?

Teman, aku rasa aku tak jauh lebih baik darimu. Aku lebih rendah darimu. Melihat senyummu akan membuatku tersenyum pula, melihat senda gurau kalian membuatku bersyukur mendapatkan kalian yang selalu ceria.

Teman, tahukah kamu bahwa saat ini aku sedang merindu teramat sangat. Aku ingin menjumpai orang yang aku rindu tapi aku tak bisa menjumpainya dan hal yang tak mungkin juga mustahil untuk aku temui mereka. Mungkin karena kerinduan ini pula aku seperti ini.

Teman, dadaku terasa sesak dengan rasa rindu yang amat menggebu ini. Beribu-ribu hari aku tak jumpa dengan mereka. Tak mendengar suaranya, tak melihat senyumannya, tak menyentuh tangannya, tak memeluk badannya. Apa kabar mereka yak? Semoga baik-baik saja.

Teman, aku merasakan kecewa yang harus ku hadapi dengan kesabaran. Entah mengapa, aku pun tak tahu. Orang yang ku kira lebih dari ku ternyata ia seperti itu. Ia marah-marah padaku, ia menyalahkanku. Padahal itu adalah perjuangan bersama yang seharusnya kita sebagai teamwork bekerjasama bukan saling menyalahkan. 

Teman, di tambah lagi dengan temannya yang menyalahkanku. Dia mengatakan bahwa aku yang membuat gagal rencana dia. Padahal dia tahu bahwa apa yang aku lakukan adalah perjuangan juga. Tugas yang tidak bisa di tinggalkan. Kecewa kedua kali.

Teman, hanya dengan bersyukur keletihan, kerinduan, kekecewaan ini akan sirna. Hanya dengan mendekatkan dan mengingat Allah hati yang gundah gulana ini akan tenang dan tentram. Aku pikir aku manusiawi mempunyai sifat seperti itu, asal tidak berlarut-larut.

Teman, kini saatnya aku membangun dan memanaskan kembali semangatku. Tak ada kata letih, tak ada yang dapat menghalangiku untuk terus melangkah ke depan sana mencapai tujuanku.

Teman, terima kasih atas kehadiran kalian yang sangat berarti untukku. Karena kalian hidupku lebih indah dan berwarna. Terima kasih Allah Kau mengirimkan orang-orang HEBAT seperti mereka. Wonderful. Aku sayang kalian, teman.


Di persembahkan untuk orang-orang di sekitarku yang aku sayangi :)

Jumat, 26 November 2010

Indonesiaku

Indonesia, bumi yang amat ku cintai sekarang terpuruk lesu di manfaatkan banyak manusia-manusia yang haus akan kekuasaan. Bumi yang amat kaya dengan sumber daya alam di setiap jengkal tanahnya, di setiap meter kubik lautnya, dan di hamparan udara yang sejuk dengan rindangnya pepohonan. Aku selalu bermimpi, kapan Indonesia bangkit dari keterpurukan ini. Kapan Indonesia di pimpin oleh pemimpin-pemimpin yang tepat. Saat ini, pemimpin yang ada hanya memikirkan diri mereka sendiri. Memikirkan ‘kebusukan-kebusukan’ yang mereka sebarkan dimana-mana agar tak tercium banyak orang ya walau ada orang yang mengetahuinya tapi sebagian di nina bobokan. Sedih jika memikirkan derita bumi pertiwi ini. Wilayah yang luas, sumber daya manusia yang banyak, tapi sayang di pegang oleh penguasa yang tidak tepat.


Apa sebenarnya yang terjadi di bumiku ini? Bumi dimana aku di lahirkan, di besarkan, di didik. Dan apa yang harus aku lakukan dengan banyaknya yang menyimpang dari nilai-nilai ketimuran. Adakah orang yang masih memakai adat-adat timur? Zaman globalisasi seperti ini amat berdampak pada lingkungan di Indonesia. Globalisasi adalah arus yang membawa westernisasi yang berakibat pada tidak cinta dan bangganya seseorang pada bangsanya sendiri. Mereka lebih bangga jika menggunakan label BARAT, padahal kita adalah orang TIMUR, yang tidak sama nilai-nilai kehidupannya dengan mereka. Mungkin menurut mereka apa yang mereka lakukan adalah hal yang wajar, tapi belum tentu jika itu di lakukan di negeri yang kental dengan religius. Apa yang di pakai orang lain pantas bukan berarti jika di pakai oleh kita pun pantas. Setiap bangsa mempunyai karakterisitik, rasanya karakteristik jiwa-jiwa masyarakat Indonesia mulai pudar. Mana manusia Indonesia yang rela berkorban jiwa raga demi negaranya seperti orang-orang zaman dahulu? Mana rasa nasionalisme? Mana bukti cinta kita kepada negara? Kita selalu menuntut pemberian negara tapi apa kita sudah berkontribusi untuk negara ini?


Imperialisme sedang terjadi di bumi ini. Tapi bukan jajahan seperti 4 abad yang lalu. Kini jajahan itu berupa jajahan pemikiran. Kita terus di jejali dengan berbagam macam pemikiran-pemikiran yang mempengaruhi otak kita sehingga kita tidak lagi peduli dengan kemerdekaan yang sebenarnya di sini. Ya, kita di nina bobokan, kita di manja dengan teknologi canggih. Kita di buat tidak sadar bahwa itu merupakan jajahan, jajahan yang lebih berbahaya dari jajahan seperti zaman Belanda atau Jepang. Mereka di jejali dengan teknologi, makanan, fashion, dan yang lainnya. Berapa banyak orang yang bangga makan d KFC atau McD ke timbang makan di WARTEG atau RM.Padang? seolah makanan tradisional dan makanan khas Indonesia buat mereka adalah makanan yang ga banget, norak, ga gaul, kampungan, dan lainnya. Itulah tujuan dari FOOD, meracuni orang agar tidak cinta dengan hasil orang-orang di negerinya sendiri. Lalu FASHION, berapa banyak model pakaian yang tidak sesuai dengan budaya TIMUR? Tujuan mereka untuk meninabobokan para wanita dan membuat mereka bangga memakai produk luar, model pakaian artis Internasional juga gaya hidupnya, tak ada lagi aku rasa yang bangga dengan Indonesia. Miris melihat keadaan seperti ini. Anak muda apalagi, di cekoki dengan FOOD FILM FASHION, dan itu mudah sekali mereka terima. Melalui FILM, mereka dapat menanmkan nilai-nilai yang bertolak belakang dengan budaya timur semisal SEKS BEBAS.


Aku rasa ‘mereka-mereka’ itu berhasil meninabobokan sebagian besar masyarakat di sini. Mereka di bentuk untuk hidup bebas, tidak peduli dengan orang-orang di sekitarnya, individualisme, glamour, etc. Mereka di nina bobokan agar tidak tahu keadaan dunia sebenarnya, dimana begitu kompleks masalah yang sekarang sedang terjadi. Mereka di buat nyaman dengan kehidupannya, mereka yang begitu banyak di ‘stir’ oleh beberapa orang saja. Betapa jeniusnya ‘mereka’. Seolah merekalah sutradara di dunia ini. Mengatur ini itu sesuai keinginan mereka. Fitnah sana sini, menghilangkan hak-hal yang benar dan menimbulkan hal-hal yang salah.
Lalu, apa solusinya? Solusi yang aku ajukan adalah kembali kepada Al Qur’an dan As Sunnah. Dengan dua sumber hukum ini dunia akan sejahtera dan tidak akan ada lagi ketimpangan-ketimpangan yang di rasakan seperti sekarang. Al Qur’an ibarat buku manual manusia yang jika kita mengikuti petunjuk-petunjuk di dalamnya niscaya kita selamat. Ya ibarat kata merakit komputer tentu butuh panduannya, nah Al Qur’an inilah panduannya untuk hidup manusia menuju jalan yang benar. Al Qur’an bersifat universal, jadi jika ada yang bilang bahwa Al Qur’an hanya dapat di gunakan oleh Muslim itu salah besar. Namanya universal tentu berarti umum dan menyeluruh. Al Qur’an bukan panduan untuk Muslim saja tapi juga di luar itu. Manusia ibarat barang elektronik yang di ciptakan dengan buku manualnya dan jika rusak tentu harus di perbaiki dengan cara di serahkan pada ahlinya, sama halnya manusia jika ada yang ‘rusak’ harus di perbaiki oleh penciptanya, Allah, dengan cara Al Qur’an.

Wassalam
Jazakumullah
Semoga bermanfaat


Salam

-imar-

Kamis, 25 November 2010

tentang aku

Hari semakin malam, masih saja ku tatap layar laptopku dengan akun facebook yang ku buka dan beberapa link lainnya. Memang, akhir-akhir ini aku sering sekali online, update dengan jejaring sosial tersebut sekedar menghilangkan penat setelah seharian di sibukkan dengan mata kuliah, kemacetan, padatnya jalanan ibukota yang setiap hari ku telusuri untuk menimba ilmu di sana. Seakan tak ada hal lain lagi yang dapat aku lakukan selain online dan seakan komputer jinjingku ini adalah teman setiaku yang bisa ku ajak kemana pun, kapan pun dan dimana pun. Entah kenapa aku seolah tak bisa lepas dari menjinjing tas kecil berisi laptopku. Mungkin karena rasa sepi yang selalu menyelimutiku aku melarikan diri pada teman setiaku itu. Ya, siapa lagi yang bisa menjadi tempat share selain dia? Hidup ku bagai hutchi si lebah yang hidup sebatang kara. Tak ada orangtua, yang ada hanyalah teman-teman yang dengan mereka bisa ku lupakan sejenak hal penat dalam otakku yang sesak ini. Kakak-kakakku? Seolah sibuk dengan kesibukan dan kebutuhan mereka masing-masing apalagi mereka telah berkeluarga tentu akan berbeda keadaannya. Pasti mereka memprioritaskan anak, suami dan istri mereka. Tuhan, hal apakah ini yang terjadi pada diriku? Kesepiankah yang akan terus Kau berikan padaku? Letih rasanya jika terus ku bergumam seperti itu. Harus ku lakukan adalah berpikir positif terhadap apa-apa yang telah Dia berikan padaku hingga detik ini ku bernafas dan berdiri tegak.



Banyak yang bilang bahwa aku adalah orang yang tidak banyak masalah, selalu senang, banyak uang, dan lain sebagainya yang jika ku pikirkan sama sekali tak sama dengan kehidupanku. Bukan aku tak bersyukur, tapi jika berbicara fakta ya itulah keyataannya. Tapi selalu ku ucap syukur padaNya dengan segala kerendahan hatiku. Terima kasih ya Allah Kau tak menunjukkan keletihan yang aku rasa selama ini kepada mereka. Alhamdulillah, semoga itu menjadi doa untuk diriku yang Kau ijabah. Aku selalu yakin dan optimis akan hidupku di masa depan, yang mana aku akan sukses dengan merintih dari bawah, merintis dari nol. Dari keadaan seperti ini lah akan ku dapat nikmat yang belum pernah ku rasa sebelumnya.


8 tahun sudah cukup membuatku mandiri, dewasa, tegar, menghargai apapun, menilai sesuatu dengan nilai positif, dan mengenal Penciptaku lebih dekat. Tuhan, kini ku tahu apa yang Kau mau. Kini ku tahu hikmah dari 8 tahun yang Kau berikan. Walau tak ada yang mengajarkanku arti kehidupan ini, tapi Kau, melalui kejadian-kejadian dalam hidupku mengajarkanku akan semua itu. Tak ada yang bisa membeli kenikmatan yang aku rasa saat ini. Walau SBY sekalipun atau Bill Gates yang berniat membeli, dan walau bisa di jual tak akan aku jual semua ini hanya demi kesenangan sesaat “uang”, yang menurut sebagian besar orang bisa membuat mereka bahagia dalam menjalani kehidupannya. Tak akan ku sia-siakan Rabb apa yang Kau beri, tak akan ku jual Rabb apa yang Kau gratiskan, tak akan ku lupa nikmat-nikmatMu itu.
aku bukanlah seorang yang patut di contoh, aku bukan pula orang yang patut untuk di kagumi, aku hanya seorang manusia yang sedang bertaubat atas kesalahan dan kebodohanku di masa lalu. Kesalahan yang tak perlu ku katakan di sini, kebodohan yang mungkin hampir setiap orang melakukannya. Dari kesalahan dan kebodohan itulah aku ingin memperbaiki diri dan ku mulai lagi hidupku dari awal.


Berawal dari masalah yang ku buat sendiri, ibarat ku gali lubang dan aku jatuh dalam lubang yang ku gali itu. Kejadian itu bermula dari aku yang mencuri-curi mengkhianati diriku. Bangunan yang ku bangun sejak lama aku runtuhkan sendiri. Berawal dari main-main, berlanjut mulai mengena ke hati, tapi ada masalah lain yang muncul. Pihak ketiga yang memperkeruh keadaan itu, ya ampun apalagi ini pikirku? Tak bolehkah aku mengurus urusanku sendiri, tak bisakah kamu diam sejenak dari celotehan-celotehanmu itu? Demi Rabbku, kamu begitu menyakitiku. Kecewa, pasti. Aku bukan orang yang bisa legowo terhadap orang yang telah mengecewakanku. Andai saja kamu tak begitu, pasti masalah yang kini ku hadapi tak akan terjadi. Kini ku harus menggali lagi lubang untuk menutupi lubang lainnya. Tapi bukan solusi yang ku dapat, tapi aku makin terperangkap di lubang yang berbeda ini. Kini, bertambah orang yang ku sakiti. Untuk yang merasa ku sakiti dengan apa pun sebesar apapun, maafkan aku. Tak ada niat sedikitpun untuk melukai hati kalian. Maaf beribu maaf aku lakukan hal ini. Maaf beribu maaf aku melibatkanmu dan seolah memanfaatkanmu dan seakan menjadikanmu pelarian yang berakhir dengan masalah baru dan rasa sakit yang baru.


Harapku disini, kalian lupakan aku. Maaf aku membohongi diriku, diri kalian, tapi aku tak bisa. Kecewa, aku yakin itu yang kalian rasakan. Mungkin mulai ada pikiran bahwa aku wanita yang hanya bisa menyakiti kalian, terserah apa kata kalian. Yang pasti selalu ada alasan dalam melakukan sesuatu walau alasan itu tak bisa kalian terima. Tak apalah.


Aku berterimakasih pada kalian yang dengan senang hati menyayangiku. Dan aku berterimakasih pada saudaraku karena kamu aku menjadi seperti ini. Merasa serba salah dan terjebak dalam hutan yang aku sendiri tidak tahu juga bingung untuk mencari jalan keluarnya. Aku berusaha untuk itu saudaraku. Walau amat letih aku melakoninya, walau dengan rasa pedih aku melaluinya, walau dengan kesedihan yang aku rasa saat ini. Maaf saudaraku jika sikapku kini berbeda. Aku butuh waktu untuk menyembuhkan sakit ini, aku butuh waktu untuk sedikit melupakan kejadian itu. Jujur, aku belum bisa melupakan hal itu. Maaf. Aku juga manusia sama seperti kamu, tak bisa begitu saja ku kembali.


Teman-temanku yang selalu mendukung aku dengan apa yang aku lakukan, terimakasih. Teman yang membantu menguatkan aku dan mencari solusi dari masalah yang sedang ku hadapi terimakasih banyak atas sharingnya selama ini. Terimakasih kamu welcome. Aku memang butuh teman seperti mu, teman yang searah seperti mu. Selalu ku ucap terimakasih pada Allah, Tuhan Yang Esa, yang selalu memberi ‘kejutan’ dalam hidupku. Dan aku sadari ada hikmah di dalamnya walau butuh waktu untuk mencari apa hikmahnya.


Hidupku tentu lebih berwarna karena ada masalah yang selau hadir, karena selalu ada pro kontra, ada kalian –siapapun itu-. Syukurku atas nikmat hidup yang seperti ini. Walau aku amat merasa bersalah atas kejadian ini, tapi aku ‘puas’ karena banyak pelajaran yang dapat ku ambil. Apapun yang terjadi dalam hidupun, apapun ‘kejutan’ yang Allah beri itulah yang terindah dan terbaik untukku.


penulis



-imar-
Allah is the one N my lovely
umi dan abi adalah salah satu sumber kekuatanku

*inspirasi dari seseorang

aku akan melangkahkan kaki ku lebih jauh lagi

Hari yang menurutku sangat menyenangkan. Allah menunjukkan jalanNya, dan kini aku yang berusaha untuk menuju hasil itu. Aku selalu ingat apa yang sering aku katakan pada teman-temanku bahwa untuk mendapatkan sesuatu jangan result oriented tapi prosesnya yang harus benar-benar di manfaatkan. Sebenarnya dari proses itu lah kita akan mendapatkan hal yang berbeda yang jauh lebih penting dari hasil yang kita inginkan. Banyak hal-hal yang luar biasa ternyata dalam proses itu. Tapi sayang, kebanyakan manusia tidak sadar bahwa proses itu lebih berharga dari hasil. Aku berbicara seperti ini bukan karena aku sok tau tapi aku merasakannya sendiri. Menurut aku, apa yang kita ucapkan haruslah kita rasakan terlebih dahulu sebelum kita bicara dengan orang lain. Sekarang aku semakin yakin dengan Allah, Dia-lah sumber kekuatanku. Dia mengajariku begitu banyak pelajaran yang sangat berharga yang tidak bisa di dapatkan di Universitas, sekolah atau lembaga manapun, menurutku. Kehidupan inilah yang mengajariku kehidupan yang sesungguhnya. Aku tak tahu harus bagaimana berterimakasih kepada Allah, begitu banyak yang telah Allah berikan padaku tapi aku masih jua seperti ini. Seakan tidak ada kemajuan dalam beribadah kepadaNya. Saat aku merasa jauh dengan Allah, aku merasa Allah semakin jauh. Dan saat aku mendekatkan satu centimeter kepadaNya, aku merasakan begitu dekatNya Dia denganku. Begitu PemurahNya Engkau.


Satu langkah kaki ku menginjak proses, kini aku harus melanjutkan proses itu agar aku mendapatkan hasil maksimal. Aku tak peduli apa yang akan aku dapatkan nanti, gagal atau sukses. Tak masalah bagiku, karena aku sangat yakin bahwa apapun yang terjadi dari apa yang aku kerjakan ada hal lain yang lebih yang tidak pernah aku sangka-sangka. Di sinilah ‘amazingnya’ peristiwa yang Allah berikan padaku, begitu berharganya hikmah yang dapat aku ambil dari setiap kejadian yang aku alami. Mungkin tak banyak orang yang menyadari hal ini, karena mereka hanya ingin hasil. Aku pun mulai memikirkan semua yang terjadi dalam hidupku ternyata semua berisi pelajaran. Sabar, ikhlas, positive thinking, kerja keras, mandiri, ramah, supel, dan masih banyak hal lainnya yang aku dapat.


Aku sangat menggantungkan hidupku pada Allah. Biarlah Allah melihat usahaku terlebih dahulu. Andai kata aku tak mendapatkan apa yang aku inginkan, aku sudah berusaha semaksimal mungkin dan bersabar untuk mendapatkannya lain kali. Jika aku berusaha lagi dan tidak mendapatkannya kembali, bukan hal penghalang untukku atau beban, aku yakin Allah memberikan yang aku butuhkan walau aku tidak mendapatkan apa yang aku inginkan. Optimistis juga positive thinking itu sangat di butuhkan saat kita mengejar apa yang kita inginkan karena saat kita berusaha mati-matian untuk mendapatkannya lalu kita gagal mendapatkannya kita tidak akan kecewa dan tetap berdiri tegak.


Lihatlah ke bawah agar kita menjadi orang yang bersyukur. Jangan lihat ke atas, bisa-bisa kita jatuh dan pasti sakit sekali rasanya. Tak dapat di pungkiri kebanyakan orang menilai bahwa rumput tetangga lebih hijau, tapi sebenarnya boleh jadi rumput kita sendiri yang lebih hijau. Kita tidak tahu rumut tetangga itu di rawat atau tidak, kita hanya melihat dari luar tanpa tahu keadaan yang sebenarnya dari si rumput itu.


Subhanallah, aku tidak pernah berpikir mendapatkan kehidupan yang begitu indah seperti saat ini yang aku rasakan. Aku ingin menularkan kepada mereka bahwa hidup ini tak seberat bayangan mereka. Apa yang mereka takutkan sesungguhnya tidak begitu besar jika kita mau masuk ke dalamnya. Sesuatu hal yang belum di coba tidak akan kita ketahui bagaimana ia. Tapi lain halnya saat kita telah merasakannya, mau bilang enak atau tidak enak kan sudah merasakan. Tapi jika kita belum merasakan apa pantas mengatakan sesuatu itu enak atau tidak?


Sungguh aku ingin berbagi dengan kalian tentang apa yang aku rasakan selama hidup 20 tahun ini, kurang lebih. Dan aku pun ingin kalian berbagi apa yang belum aku ketahui tentang kehidupan ini. Tentu pengetahuan kita akan semakin luas jika kita sharing, berbagi ilmu dan pengalaman, berbagi cerita. Tapi sayang ya kalian seolah enggan untuk berbagi, apa karena aku tidak boleh mengetahui apa yang kalian alami? Atau pengalaman kalian terlalu mahal untuk begitu saja di ceritakan kepadaku? Sayang pula kalian seolah enggan dan keberatan jika aku mengucapkan sepatah dua patah kata yang aku patah patahkan sehingga menjadi kalimat yang terpatah-patah. Telinga kalian seolah berbisik pada telingaku, hey bilangin tuh ama si mulut jangan ngoceh mulu males gue dengerinnya.


Kapan aku mendapatkan teman yang satu paham denganku, satu pemikiran, satu rasa, satu jiwa, satu hati? Sepertinya aku belum mendapatkannya. Ada beberapa tapi mereka terlalu tertutup. Ada yang terbuka tapi tak sepaham. Aku berusaha saja lah dalam pencarian teman sejatiku itu. Semoga saja tak lama lagi aku mendapatkannya, Allah sudah memberi jalan tinggal aku saja yang menjalankan. Kuatkan aku :)


penulis



-imar-
Allah adalah sumber kekuatanku

Kamis, 18 November 2010

say YES or NO to PACARAN ?

Membicarakan pacaran memang tak ada habisnya. Ya meskipun tidak sedikit hal-hal negatif yang di hasilkan dari pacaran. Hamil di luar nikah, aborsi, atau yang lainnya sebagian besar berawal dari pacaran. Tidak menampik memang aku pun pernah pacaran. dengan begitu saya jadi tahu bagaimana pacaran dan indahnya saat berdua sampai ada orang yang di buat mabuk kepayang oleh cinta. Ternyata keindahan yang aku rasakan hanyalah fatamorgana yang sebenarnya itu adalah gurun yang panas yang semakin kita lama berasa di situ, semakin sinar matahari membakar kita. Bayangkan orang yang berkali-kali pacaran, ganti-ganti pasangan setiap minggu, bulan, tahun, begitu cepatkah rasa cinta yang timbul dalam hatinya? Begitu cepatkah ia melupakan orang yang baru kemarin ia cintai dan kasihi? Lalu bagaimana ia menjaga rasa cintanya itu agar utuh saat ia menjalani hubungan yang serius –pernikahan-? Kita seolah tak sadar bahwa itu adalah perbuatan yang mengikis pahala-pahala yang dengan susah payah kita kumpulkan. Adakah di antara kita yang menyadari hal tersebut? Adakah di antara kita yang mengingatkan temannya untuk menghindari dan menyudahi hal itu?

Jika di lihat kasat mata indah memang ada orang yang perhatian, sayang, dan sebagainya terhadap kita. Sebenarnya jika kita sadar betul bahwa cinta Allah itu lebih sempurna dan lebih indah tentulah kit tidak akan butuh cintanya orang yang tidak halal untuk kita. Miris jika aku melihat orang di sekitarku masih belum sadar akan keadaannya. Ia yang menjatuhkan harga dirinya sendiri, apalagi wanita. Dengan mudahnya mereka di sentuh, bahkan lebih dari itu, oleh pria. Murah sekali. Apa mereka tidak berpikir bahwa mereka amat mahal dan terlalu berharga di perlakukan seperti itu oleh pacarnya? Menurut aku, seorang pria yang mencintai wanita adalah ia yang menjaga kesuciannya dan untuk menyentuh wanita itu pun ia tidak akan mau karena saking sayangnya dan menjaga kesucian wanita yang ia sayangi. Apakah kamu setuju ? tapi kenyataan sekarang bagaimana ? bertolak belakang dengan pemikiranku. Menurutku, mereka berpikir bahwa pacaran adalah suatu sarana yang membolehkan pria dan wanita yang bukan mahrom untuk berkholwat, bersentuhan, saling menatap, dan sebagainya. Na’udzubillah. Jauhkan aku dari hal itu ya Allah.

Aku pun tak munafik bahwa aku pernah menyukai atau punya perasaan terhadap pria, dan itu hal yang wajar juga manusiawi, itu adalah fitrahnya manusia. Tapi yang jadi masalah adalah jika kita mengembangkan perasaan itu. Bagaimana mengatasinya ? salah satu cara yang jitu dan itu terbukti karena aku pun melakukannya yaitu dengan cara mendekatkan diri pada Allah dan mengharapkan cintaNya, aku yakin dengan cara seperti itu Allah akan menjaga kita dari penyakit hati. Saat kita mendapatkan cinta Allah, kita tidak akan butuh cinta yang tidak halal untuk kita. Karena tujuan kita adalah mendapatkan cintaNya Allah. Sering aku dengar, mereka mencintai Allah, menomor satukan Allah, tapi saat mereka di suruh memilih antara Allah atau pacar, tetap saja mereka berat untuk tidak memilih pacar dengan berbagai alasan. Cinta itu perlu bukti, jika kamu cinta Allah, ya buktikan. Wong kamu cinta sama pacar aja di buktikan, masa sama Allah yang begitu Pemurah terhadap dirimu ga kamu buktikan. Coba kamu hitung, lebih besar mana pemberian Allah apa pemberian pacar kamu ? kalau pacar kamu memberikan lebih dari pemberian Allah, silakan kamu pilih pacar kamu. Tapi jika sebaliknya, tinggalkan ia. Kenapa? Demi Allah, karena kamu bilang Allah is Number One. Tapi mana buktinya? Cuma di mulut? Bukankah orang yang hanya bicara tanpa ada pembuktian itu salah satu tanda orang munafik? Bagaimana mungkin Allah semakin sayang dan cinta terhadap kita jika kita mengkhianati Allah dengan menduakannya dengan pacar? Makin panjang nih masalah, menduakan Allah berarti musyrik. Nah lho. Jadi pacaran itu banyak untungnya apa ruginya ya kalau begitu? Di pikir saja masing-masing.

Allah telah mengilhamkan pikiran pada manusia, dan gunakan sebaik mungkin, salah satunya untuk memikirkan hal ini. Kecil memang, tapi justru yang kecil itu yang akan berdampak besar apalagi terus menerus di lakukan, gimana ga numpuk tuh dosa? Paling tidak setiap hari pasti yang punya pacar berkomunikasi sama pacarnya, nah itu udah bisa di sebut zina lho. Zina hati. Selalu memikirkan, membayangkan, padahal dia belum atau tidak halal untuk di pikirkan, di bayangkan. Na’udzubillah. Ternyata jika kita jeli banyak yang tidak baik ya dari hubungan yang tanpa dasar itu. Satu lagi, jika kita pacaran sampai menikah nanti apa jadinya rumah tangga kita? Ikatan suci di awali dengan hal yang tidak ada sama sekali dasar dan perintahNya. Apa mungkin rumah tangga kita nantinya akan sakinah mawaddah warahmah? Apa iya sesuatu yang di awali dengan yang tidak baik akan menghasilkan yang baik? Jika itu di lakukan, bagaimana nasib anak kita? Apa kita tidak khawatir jika nanti ia pun mengikuti jejak orang tuanya, yaitu pacaran? apa kita tidak khawatir jika anak kita pacaran akan ke lewat batas dan membuat malu nama keluarga? Mencoreng kehormatan keluarga juga dia? Apa kita sebagai orang tua nantinya tidak malu dan tidak terbebani? Subhanallah ternyata rantainya sebegitu jauhnya. Jangan hanya memikirkan perasaan saat ini.

Rasa cinta yang di karuniakan oleh Allah bukan untuk di gunakan untuk pacaran, bukan untuk di jadikan tameng bahwa pacaran itu boleh karena setiap manusia punya rasa cinta yang telah Allah berikan. Rasa cinta ini harus di tempatkan pada tempatnya, semua ada waktunya. Jika kita belum siap untuk menikah, ya jangan dulu mencari-cari pasangan. Nikmatilah kesendirian dan kebebasan sebelum memikul tanggung jawab yang lebih besar nanti. Semua akan indah pada waktunya, kita hanya perlu bersabar untuk menunggu waktu yang tepat. Kan ga seru kalau kita nikah sama mantannya teman kita. Kita harus jadi yang pertama dan yang terakhir untuk pasangan kita kelak. Jangan Cuma jadi yang pertama atau jadi yang terakhir, jadi keduanya dong. Itu baru mantap.

Jangan berharap kita mendapatkan yang terbaik jika kita belum baik. Semua itu di awali dari diri kita. Jika kita ingin yang baik, maka yuk ubah diri kita menjadi insan yang di ridhoi Allah. Semua butuh proses, pelan-pelan, seperti saat kita masih bayi, dari mulai merangkak sampai bisa berjalan semuanya butuh proses. Begitu pun kita sekarang. Sebaik-baiknya manusia, masih ada celah untuk menjadi manusia yang jahat. Dan sejahat-jahatnya orang jahat masih ada celah untuk menjadi orang yang baik. Jadi, jangan pesimis. Ayo kita jalan sama-sama. Kita rintis hidup kita dari awal, kita buat peta hidup kita, mau di bawa kemana nih hidup kita, surgakah? Nerakakah? Surga itu ga gratis. Butuh perjuangan. Wong minta uang ama bapak aja butuh perjuangan, apalagi minta surga. Jangan harap dapat apa yang kita mau jika kita tidak mau berusaha untuk mendapatkannya.

Allah itu udah kasih jalan, nih jalan yang baik jalan ke surga, nih jalan buruk jalan ke neraka, terserah lu pada mau pilih yang mana, gua mah Cuma ngunjukin doang. Istilahnya kan kayak gitu. Allah tuh nyerahin semuanya ama kita. Lha kalau kitanya aja ga mau di ajak ke jalan yang bener, ngapain juga Allah repot-repot maksa lu lu pada ke jalan yang bener? Ga ada ruginya buat Allah mah. Malah kita dah yang rugi. Wong kita yang butuh Allah, bukan sebaliknya. Kan Allah udah bilang di Al Qur’an “tidak akan Aku ubah umatKu sebelum mereka mengubah hidupnya sendiri”. Nah Lho, kalau tar kita masuk neraka jangan maen salah-salahan nanti. Kan udah di kasih tau, udah di unjukin jalannya. Sekarang terserah kamu deh mau yang mana, bahagia apa sengsara. Sengsara di dunia mah gapapa, daripada sengsara di akherat. Akherat mah kekal coy, kalau kita ke neraka yaudah diem aja dah di situ nemenin si syaiton ama iblis, jangan-jangan tar jadi bahan bakarnya lagi. Naudzubillah dah. Jauh-jauhin ya Allah, udah jelek di dunia masa di akherat mau jelek juga. Udah susah di dunia, masa di akherat susah juga. Eeet dah abadi banget susahnya atuh kalau gitu caranya mah. Renungkan !

Penulis

-imar-

*terinspirasi dari 'kehebohan' yang terlihat